Selasa, 24 Januari 2012

Memperbanyak Sujud


Jumat, 13 Januari 2012 06:42 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Jauhar Ridloni Marzuq

Dikisahkan oleh Rabiah bin Ka’ab al-Aslami, bahwa pada suatu malam ia pernah menyediakan seember air wudhu dan keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan Rasulullah SAW. Melihat kebaikan yang dilakukan oleh Rabiah, Rasulullah berkata kepadanya, “Mintalah sesuatu dariku, wahai Rabiah.”

Rabiah pun menyebutkan permintaannya. “Wahai Rasulullah, aku minta agar Allah menjadikanku sebagai pendampingmu di surga kelak.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah tak ada permintaan selain itu?”

“Tidak ada, wahai Baginda Nabi. Hanya itu yang ingin aku minta darimu,” jawab Rabiah. “Jika demikian, maka jagalah dirimu untuk memperbanyak sujud.” (HR Muslim).

Sujud pada hakikatnya bukanlah sekadar gerakan dan ritual yang ada dalam shalat. Lebih dari itu, sujud adalah salah satu bentuk kepasrahan secara total dengan merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan keagungan Allah yang Mahakuasa. Sujud merupakan bentuk pengharapan rida dan cinta dari Zat Yang Maha Melihat, serta bentuk syukur atas beragam nikmat Allah, dan kecemasan dari azab Allah yang Mahadahsyat.

Sujud ialah bukti keimanan seorang Mukmin. “Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu, mereka segera bersujud seraya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka tidak menyombongkan diri.” (QS al-Sajdah [32]: 15).

Selain itu, sujud juga merupakan bukti nikmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya’qub), dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS Maryam [19]: 58).

kejadian aneh

Kejadian Aneh pada Gempa dan Tsunami Jepang
Apakah kejadian aneh yang terjadi saat Gempa dan Tsunami terjadi di Jepang (khususnya bagi Indonesia) ? Kejadian aneh itu adalah ketika gempa terjadi saat itu, maka ketua PMI berada di Jepang ( Bumi Berguncang saat Jamuan Makan Siang)
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sedang berkunjung ke Jepang saat gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter (SR) mengguncang dan tak lama kemudian tsunami menyapu sebagian wilayah Negara Matahari Terbit itu.  Bagaimana pengalamannya? Ternyata seorang Muhammad Jusuf Kalla juga memiliki rasa takut.Hal itu dia rasakan saat berada di tengah gempa bumi hebat yang melanda pantai Timur laut Jepang dan memicu tsunami setinggi 10 meter hingga memporak-porandakan negara itu. Ceritanya,saat itu,Jumat (11/3),JK,panggilan akrab pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) ini, sedang menikmati jamuan makan siang di sebuah restoran di kawasan Roppongi di Tokyo.  Tiba-tiba,sekitar pukul 15.00 WIB waktu Tokyo,bumi dirasakannya bergoyang sangat dahsyat dan membuat panik seluruh warga Jepang hingga lari berhamburan mencoba menyelamatkan diri. Mantan Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009 ini pun ikut berlari bersama para pengunjung lain di restoran mencari tempat berlindung yang aman.JK beserta rombongan lantas diungsikan ke sebuah tempat aman oleh pihak hotel kemudian diantar ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo.
“Waktu itu saya lagi makan. Orang lari,saya ikut lari,”ujarnya kepada wartawan saat tiba di Bandara Internasional Soekarno- Hatta,Tangerang,Banten, Minggu (13/3) malam.JK pulang dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia GA 885.Dia bersyukur dapat melewati peristiwa menakutkan tersebut dengan selamat dan tak terluka sedikit pun. Pascagempa dan tsunami, kata JK,kondisi Jepang sangat memprihatinkan.Seluruh jaringan listrik,gas,dan air di negara itu mati. Namun,kondisi Tokyo di tempatnya berada saat itu tidak separah wilayah Sendai yang dekat dengan pusat gempa.Di kawasan itu,banyak bangunan dan harta berharga milik warga hancur.Bahkan, ribuan warga Jepang dinyatakan tewas serta ratusan lainnya dinyatakan hilang.“Itu memang gempa terdasyat di Jepang.Kondisinya lebih kurang sama saat kejadian gempa Aceh tahun 2004,”tutur JK.  Tak berlama-lama diliputi rasa was-was,JK bersama Duta Besar Indonesia di Tokyo M Lutfie kemudian langsung memantau kondisi para warga negara Indonesia (WNI) yang berada di sana.KBRI mendirikan posko crisis centermemonitor perkembangan terkini para WNI pascagempa dan tsunami. Sekadar diketahui,JK berada di Jepang sejak Minggu (6/3) untuk mengikuti HIPEC II Peace Process Exchange Workshop di Hiroshima.
Kegiatan ini dihadiri sejumlah juru runding perdamaian pada berbagai konflik di dunia. Selain di Jepang,JK ternyata juga pernah berada di tengah gempa bumi berkekuatan dasyat yang menyebabkan tsunami di Indonesia.Saat itu,pria kelahiran 15 Mei 1942 ini sedang berkunjung ke Medan.  Kendati jarak titik gempa dengan tempat dia berada cukup jauh,getaran hebat amat terasa. Kendati sempat mengalami situasi sulit,JK tampak cukup tenang bicara dengan wartawan ketika ditemui di bandara.JK yang saat itu mengenakan jas hitam dan berkemeja putih kemudian meninggalkan bandara didampingi istrinya,Mufidah Kalla dan rombongan.